edisi 2::penyusuran jalan::
Aku dan Reza, teman di komplek perumahanku sedang berada di warung UUD. biasa lah, kita memang sering berdiskusi sambil membakar rokok yang tak kunjung hentinya. kalau kata orang jawa bilang, "kamu ngeroko kaya sempur".
selagi kita asik berdiskusi, sampai memutar otak, karena yang kita diskusikan itu mencakup negara segala, Baung tiba- tiba datang. aku sih sudah melihat nya dari jauh karena badanya yang besar dan suara motor nya yang khas memang tidak bisa di sembunyikan.
"anter gua cari bensin yuk, gua mau jalan nih besok pagi". pembicaraan aku dan Reza pun terhenti.
"ayoooo" jawab ku, karena sudah muak dengan diskusi.
"gua juga ikut ya, kta bertiga bisa kan?" reza pun tidak mau ketinggalan ingin ikut mengisi bensin di pom bensin yang jarak nya 4 km /jam.
aku menunggangi motor itu di tengah di apit oleh badan Baung yang mengendarai motor dan Reza di belakang ku. di tengah perjalanan seperti biasa Baung dengan khas nya mengambil bunga atau tanaman yang tumbuh di pinggir jalan lalu melemparkan ke atas. dia tak perduli banyak sekali preman kampung yang melihat, mungkin karena preman kampung itu terbiasa melihat nya jadi ya cuek aja, mereka cuman menggelengkan kepala saja. dua puluh menit sudah kita sampai ke pom. jam tangan menunjukan pukul 11:00. Baung berada di antrian ke tiga, di antara dua motor bebek. setelah gilirannya, dia malah bertanya pada si penjaga.
"wah di sini belu pas ya?", penjaga itu bingung. "sorry mas ga jadi ah, soalnya mesin pom nya yang lama sih..." Baung langsung menyelah motornya.
"ko ga jadi?" reza bertanya dengan penuh keheranan.
"yang sebelah sana aja, yang tadi mesinnya udah kuno, di korup mulu bensin gua.". yah kalo aku sih ga heran dengan kelakuannya, aku cuman bisa mengikuti kemauannya saja. tidak seperti Reza yang baru pertama kali ikut berjalan. kita melanjutkan perjalanan ke arah selatan. perjalanan hening karena sudah larut malam. tiba- tiba ada sosok perempuan jadi- jadian sedang nongkrong di tempat gelap tepi jalan yang kita lewati.
"ih Bencong!!!" teriak baung.
"elu BABI" balas si bencong.
Aku dan Reza kaget karena kita saat itu tidak melihat apa- apa. kita pun tertawa terbahak, karena Baung itu memang takut sama bencong sambil menancapkan gas nya. Aku kira dia meledek, tapi ternyata dia spontan ketakutan melihat sosok waria tersebut. sampailah kita di pom bensin yang letaknya kira- kira 5 km/ jam dari pom sebelumnya. bahkan yang lebih parah, kita bertiga belum pernah menginjakan kaki di kampung tersebut. Baung pun mengisi motor nya dengan bensin Rp 10.000.
"lumayan 2 liter" dia bilang.
setelah mengisi, kita melanjutkan perjalanan, tapi tidak balik arah, karena takut sama waria tadi. "kita lanjutin aja ya, bisa tembus katanya..." Baung berseru dengan serius.
kalau Aku dan Reza sih percaya aja, karena dia memang tukang jalan sepengetahuanku. satu jam sudah kita di perjalanan. masuk kampung, keluar kampung, kadang balik lagi, tapi kalau kita balik lagi salah jalan, Baung selalu mengenkan Helm.
"biar ga ketauan orang yang nongkrong!!!" seru nya.
padahal apa bedanya dengan dia memakai Helm?!. satu jam setengah kita sudah di perjalanan dan belum menemukan titik terang perjalanan. karena cape, kita berhenti di sebuah post keamanan di kampung yang sepi tanpa penghuni. gimana ada penghuni, ternyata di depan jalan tempat kita nongkrong ada jalan bertuliskan TPU BOJONG NANGKA. Baung langsung teriak setelah 20 menit nongkrong dan tidak menyadariya. kita pun diskusi, mau kemana kita selanjutnya. Sebuah Sepeda motor, melaju dan melewati jalan tersebut. dengan sigap Baung menyalakan Motornya dan menyuruh Aku dan Reza menaiki motornya.
"berarti ada jalan, ayo buruan naik...", katanya dengan yakin.
dan kita segera naik motornya lalu mengikuti Motor tadi. tapi karena bobot kita yang berlebihan, maka tertinggal lah kita dan di persimpangan jalan kita bingung hendak kemana. "jalan yang lurus itu jalan yang benar. jadi kita lurus- lurus saja lah..." Baung kembali berseru sebelum kita memberikan jawaban hendak kenana.
dan lagi- lagi kita pasrah mengikuti jejaknya. padahal sumpah kalo ada tukang ojek yang mangkal pada saat itu, aku memilih turun saja lalu naik ojek pulang. tetapi perjalanan ini mengasikan di penuhi canda gurau jadi tidak berasa. dan tiba- tiba entah apa yang terjadi, dan kita semua terkaget ketika ternyata kita tembus di belakang perumahan yang kita huni. tapi memang yang paling ujung. kita teriak gembira, tapi kecewa.
"yah ko disini sih tembusnya, ga seru nih! balik lagi yu..." seru Baung.
dengan cepat Aku berkata "TIDAK!!!".
kita kembali di warung UUD. waktu menunjukan pukul 02:45 dini hari. kita pun bubar.
sore yang cerah di komplek tepatnya di warung UUD kita bertemu kembali. Baung datang dengan lesu.
"kenapa lu?" tanya ku.
"pagi gua mau jalan, pas baru nyampe depan abis bensin. ya udah gagal deh rencana hari ini" jawabnya dengan lesu.
selesai

